Wednesday, April 30, 2008

 

"It Does't take a Genius to Read Between The Line!" a.k.a. ELING SENG WOSPODO

Indonesian government need to be very concerned with national security. The infiltrations of 'aliens' interests are so subtle. The case of Namru 2 need a sensible review.

"The U.S. Naval Medical Research Unit Two (NAMRU-2) supports American interests in the Pacific Theater and advances U.S. diplomacy in the region by studying infectious diseases of critical public health importance to the United States, Indonesia, and other regional partners." (Source: http://www.nmrc.navy.mil/namru_2.htm)

We need to underlines the word 'interest' & 'diplomacy'!

Let me 'enlighten' you with some lines I copy and paste from the media online!

April 30, 2008. from JakartaPost.com
Bird flu as biological weapon "nutty" idea, says Gates

JAKARTA (JP): United States Defense Secretary Robert Gates has denied allegations by Indonesia's Health Minister Siti FadilahSupari that his country is developing biological weapons from bird flu strains found in Indonesia.

"I think it's the nuttiest idea I've ever heard," Gates said Monday after addressing his speech to the Indonesian Council on World Affairs at the Four Seasons Hotel, South Jakarta.

Siti's book, It's Time for the World to Change, Divine Hands Behind Bird Flu, alleges the U.S. and the World Health Organization are conspiring against developing countries by seizing control of bird flu samples.

The book says virus samples being sent to a laboratory in Los Alamos are under U.S military control.

After meeting with President Susilo Bambang Yudhoyono and Defense Minister Juwono Sudarsono at the State Palace, Gates said he did not discuss the issue with the President.

"I respectfully and strongly disagree with the minister, and it is not true that the United States offered military equipment if the book was withdrawn," he said in response to allegations that the U.S would provide military aid for Indonesia as long as the English version of the book was withdrawn.

Presidential spokesman Dino Pati Djalal said any claim the U.S designed the virus as a biological weapon was a personal view of the minister and not the President.

U.S State Department spokeswoman Susan Stahl recently denied Siti's claim.

Recently, Siti said she was pulling the English version of the book from distribution after less than a month, citing inaccurate translations as the main reason.

The book was launched on Feb. 6 and is a 182-page memoir recording Siti's struggle to change the allegedly unfair virussample sharing.

She claimed the system was not transparent and did not accommodate the needs of developing nations.

The Indonesian government decided to stop sharing virus samples early last year following a perceived leakage in the GISN as vaccine makers in developed countries could obtain samples sent by Indonesia to produce bird flu vaccines.

However, the government resumed sharing last week and sent 12 samples to the Center for Disease Control and Protection in Atlanta, Georgia. (anw/dsy/**)


Source: Republika.Co.Id

elasa, 29 April 2008 22:22:00
Deplu Bicarakan Interdep Soal Namru-2
Laporan: Hj. Dewi Mardiani

Jakarta-RoL--Mengenai Naval Medical Reseach Unit Two (Namru-2) Menteri Nur Hassan Wirajuda mengadakan pertemuan inter departemen dengan Menko Polkam. Pertemuan itu membahas masalah yang akan dijadikan landasan kerja sama pemerintah dengan Namru-2.

''Faktanya, kita sudah adakan pertemuan interdep, sudah sampai dengan konsep bersama ke arah perbaikan MoU yang menjadi landasan kerja sama dengan Namru,'' papar Wirajuda di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (29/4).

Pihaknya masih menunggu respon dari Amerika Serikat (AS) tentang konsep MoU yang diajukan Indonesia pada Mei tahun lalu. Respon itu menyoal permintaan kekebalan diplomatik kepada jajaran peneliti Namru-2.

Menurut Menlu, selain soal kekebalan diplomatik, ada masalah lain yang perlu dipertimbangkan dalam MoU tersebut. ''Banyak hal yang kita tinjau dari pengaturan lama.''

Mengenai Namru-2, Menhan Juwono Sudarsono berpendapat, tawar-menawar sudah lebih banyak manfaat dengan diadakan dari pihak Indonesia, baik di bidang medis Departemen Kesehatan, maupun di bidang kedokteran Angkatan Laut. Hanya, pembahasannya masih berlangsung alot. ''Ini masih dilakukan oleh teman-teman di Deplu.''

Dia mengatakan, masalahnya bukan hanya kekebalan diplomatik yang dipersoalkan Indonesia. Masalah intinya adalah kantong diplomatik. ''Diplomatic Bag supaya jumlahnya dikurangi, supaya sebagian besar bisa kita periksa,'' kata Juwono sambil mengatakan bahwa pohaknya masih belum mengetahui berapa orang jatahnya yang mendapatkan kantong diplomatik itu.

pur


Jumat, 25 April 2008 21:28:00
Wapres MJK: Keberadaan Namru-2 harus Dikaji lagi
Laporan: Hj. Dewi Mardiani

Makassar-RoL--Wakil Presiden Jusuf Kalla berpendapat, keberadaan Naval Medical Research Unit-2 (Namru-2) di Indonesia harus dikaji lagi. Permintaan kekebalan diplomatik atas para peneliti Namru-2 itu di luar kebiasaan pada umumnya.

''Kita cek lagi. Saya kira kalau diplomatik itu biasanya tidak punya kebal diplomatik. Mungkin perjanjiannya dulu begitu, tapi sekarang dia bekerja secara profesional,'' kata Wapres Jusuf Kalla di Mesjid Al Markaj Al Islami M Yusuf, Makassar, Sulawesi Selatan, Jum'at (25/4).

Sejauh mana pemerintah bisa mengawasi Namru-2, sambungnya, adalah tergantung pada apa yang mereka buat. Kalau penelitian saja, tentunya pemerintah akan bekerja sama dengan penelitian apa saja, antara universitas dengan universitas, lembaga dengan lembaga. ''Jangan lupa waktu flu burung dan SARS, pemerintah juga bekerja sama dengan laboratorium Amerika.''

Dikatakannya, pemerintah tak ada salahnya bekerja sama dengan lembaga-lembaga penelitian dalam negeri dan luar negeri itu penting, seperti halnya di Hongkong dan Singapura. Lembaga penelitian di dunia ini akan tumbuh kalau ada saling kerja sama sehingga apa yang dihasilkan bisa secepatnya diperoleh. ''Kalau masing-masing menutup diri, maka tak akan pernah maju itu.''

Namru-2 mulai beroperai di Indonesia sejak 1970 untuk melakukan penelitian berbagai penyakit menular tropis seperti malaria. Selama beroperasi di Indonesia, Namru-2 telah beberapa kali melakukan perpanjangan kerja sama antara Angkatan Laut AS sebagai penaung Namru-2 dengan lembaga penelitian kesehatan Depkes.

Kontrak Namru-2 berakhir pada 2005, namun, untuk beberapa penelitian yang sedang berjalan, terus dijalankan dan seluruh kesepakatan Namru-2 resmi berakhir pada Januari 2006.

Dalam pembahasan ulang antara pemerintah Indonesia dan AS mandeg terutama dalam hal kekebalan diplomatik bagi 20 staf Namru-2 warga negara AS. Amerika melihat, 20 staf Namru-2 berhak mendapatkan kekebalan diplomatik karena Namru-2 beroperasi di bawah yurisdiksi kedutaan AS di Indonesia.

Sementara, Indonesia hanya akan memberikan kekebalan diplomatik itu secara terbatas kepada staf Namru-2 yaitu kepada dua orang saja, sedangkan sisanya tak berhak mendapatkan imunitas diplomatik. Selain iktu, Indonesia juga meminta agar ada satu dokter TNI AL yang dimasukkan sebagai Staf Namru-2 sekaligus sebgai pengawas. Indonesia juga tak ingin Namru-2 beroperasi di wilayah lain selain kantornya yang terletak di Percetakan Negara, Jakarta Pusat.

Kontroversi mengenai keberadaan Namru-2 di Indonesia dipicu oleh adanya indikasi laboratorium tersebut digunakan sebagai laboratorium intelijen.pur


Rabu, 23 April 2008 16:12:00
Kedubes AS Jelaskan Namru-2
Jakarta-RoL -- Kedubes AS, di Jakarta, Rabu (23/4), menyampaikan siaran pers berupa tanya-jawab seputar lembaga penelitian yang kini sedang mengundang banyak perhatian kalangan praktisi dan peneliti di bidang kesehatan di Indonesia karena adanya dugaan Namru-2 bermasalah.

Apakah Namru-2?
Naval Medical Research Unit No. 2 (Namru-2) adalah sebuah laboratorium penelitian biomedis yang meneliti penyakit menular demi kepentingan bersama Amerika Serikat, Departemen Kesehatan RI, dan komunitas kesehatan umum internasional. Namru-2 didirikan pada tahun 1970 sesuai permintaan Departemen Kesehatan RI.

Apa saja lingkup kerja Namru-2 di Indonesia?
Kegiatan penelitian bersama ini menitikberatkan pada malaria, penyakit akibat virus seperti demam berdarah, infeksi usus yang mengakibatkan diare dan penyakit menular lainnya termasuk flu burung. Penelitian Namru-2 hanya berhubungan dengan penyakit-penyakit tropis yang terjadi secara alamiah.

Mengapa Namru-2 menjadi bagian dari fasilitas militer?
Militer Amerika Serikat, dan terutama Angkatan Laut nya, memilikisejarah panjang dalam penelitian medis. Hal ini berawal pada tahun 1853 ketika Kongres AS membangun fasilitas Penelitian Medis Angkatan Laut di Brooklyn, New York. Namru-2 menjadi bagian tersebut dan merupakan salah satu dari lima laboratorium penelitian penyakit tropis AS yang berada di luar negeri. Laboratorium lainnya berada di Thailand, Mesir, Kenya, dan Peru. Pemerintah AS tidak mengambil keuntungan dari kegiatan Namaru-2, dan bahkan banyak penelitiannya menitikberatkan pada bidang yang dianggap tidak "menguntungkan" oleh lembaga penelitian medis swasta.

Apakah Namru-2 merupakan sebuah fasilitas rahasia? Apakah Namru-2melakukan kegiatan intelijen?
Tidak. Fasilitas yang ada di Namru-2 selalu terbuka untuk semua pengunjung yang berminat, dan menyambut baik para ilmuwan, dokter dari laboratorium milik Pemerintah Indonesia, dari pihak militer, maupun perguruan tinggi. Namru-2 adalah organisasi yang transparan dan hanya melakukan penelitian medis dan ilmiah dengan menitikberatkan pada penyakit-penyakit tropis yang terjadi secara alamiah.

Siapa yang bekerja di Namru-2?
Staf Namru-2 hampir semuanya terdiri atas ilmuwan, dokter, dokter hewan, ahli teknologi, dan pegawai administratif dari Indonesia. Dari sekitar 175 personel, hanya 19 orang staf yang berasal dari Amerika. Para staf Indonesia lah yang membuat Namru-2 sukses.

Siapa yang mengarahkan kegiatan Namru-2 di Indonesia?
Semua proyek Namru-2 dilakukan atas persetujuan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Badan Litbangkes). Namru-2 menjalankan kegiatannya dengan bermitra bersama rekan-rekan dari Indonesia, dan
tidak pernah melakukan kegiatan sendiri. Namru-2 merupakan bagian dari Kedutaan Besar AS di Jakarta. Namru-2 berada di bawah yurisdiksi Kedutaan Besar AS.

Apa yang telah dilakukan Namru-2 untuk Indonesia?
* Memberikan pelatihan di bidang teknik laboratorium dasar bagi ratusan pekerja kesehatan dan peneliti Indonesia secara menerus.
* Memberikan pelatihan kepada lebih dari 50 ilmuwan dari Indonesia di bidang pengembangbiakan parasit malaria dalam laboratorium dan metode canggih pendeteksian penyakit.
* Memberikan pelatihan kepada 30 mahasiswa perguruan tinggi Indonesia setiap tahunnya di bidang teknik virologi dan bakteriologi.
* Menunjukkan bahwa Primaquine mampu mencegah malaria sehingga obat untuk umum dan yang terjangkau ini terbukti berguna bagi warga Indonesia yang bepergian ke tempat-tempat yang berisiko tinggi.
* Memimpin upaya senilai 4 juta dolar AS untuk memberantas epidemi malaria di Jawa Tengah; angka kasus malaria tahunan turun dari 70.000 menjadi kurang dari 4000.
* Memberikan pelatihan, dukungan pengujian tingkat tinggi,
peralatan, dan epidemiologi bagi Departemen Kesehatan untuk meneliti wabah demam berdarah yang terjadi di Palembang, Bandung, Jakarta, Yogyakarta, dan Medan.
* Membuka lapangan kerja bagi lebih dari 150 warga Indonesia.
* Medonasikan laboratorium penelitian mereka di Jayapura, Papua kepada Litbangkes. antara/is

Selasa, 22 April 2008 16:31:00
Pemerintah Diminta Tegas Soal Namru-2

Jakarta-RoL-- Mantan Menteri pertahanan, Keamanan/Panglima TNI Jenderal (pur) Wiranto meminta pemerintah untuk bersikap tegas terhadap Unit 2 Penelitian Medis Angkatan Laut (The Naval Medical Research Unit-2/NAMRU-2).

"Pemerintah harus mengawasi secara ketat setiap kegiatan riset di Indonesia, termasuk Namru-2," katanya, usai menghadiri silahturahmi Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Agustadi Sasongko Purnomo dengan para purnawirawan TNI AD di Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan, Pemerintah Indonesia memiliki kewenangan untuk menghentikan setiap kegiatan riset yang dinilai menyimpang dari misi utama atau jika ditemukan pelanggaran dalam misi tersebut. Sebelumnya, sejumlah anggota DPR juga meminta pemerintah untuk mengawasi setiap kegiatan riset yang dilakukan Namru-2.

Anggota Komisi I DPR, Yuddy Chrisnandi, meminta pemerintah melakukan pengawasan ketat atas kinerja Namru-2. "Pemerintah harus mengawasi dengan ketat kalau memang mau mempertahankan kerja sama dengan Namru," katanya.

Yuddy menilai selama ini Namru bersikap tertutup. Akibatnya, manfaat penelitian kesehatan mereka pun tak dirasakan masyarakat. "Jangan-jangan, mereka melakukan operasi intelijen," kata Yuddy. Ia mengingatkan, kemampuan intelijen Amerika sangat tinggi dan sulit dideteksi.

Pengawasan Namru-2, kata Yuddy, bisa dilakukan oleh berbagai pihak seperti Badan Intelijen Negara, TNI, Kepolisian, dan Bea Cukai yang mengawasi lalu-lintas barang yang dikirim Namru-2 ke Amerika. Pekan lalu, Namru-2 dilarang beroperasi di Indonesia. Menteri Kesehatan pun melarang rumah sakit mengirim virus flu burung atau H5N1 ke Namru-2.

Unit 2 Penelitian Medis Angkatan Laut (NAMRU-2) mulai beroperasi di Indonesia tahun 1970. Badan yang didirikan untuk mempelajari penyakit-penyakit tropis ini berkantor di Departemen Kesehatan, Jalan Percetakan Negara 29, Jakarta.

Namru-2 adalah bagian dari Angkatan Laut Amerika Serikat. Badan ini didirikan di Indonesia agar dapat bekerjasama dengan Departemen Kesehatan Indonesia untuk menangani masalah-masalah kesehatan demi kepentingan bersama sebagai bagian dari pengembangan kesehatan nasional Indonesia.

Staf Namru-2 bekerjasama dengan Departemen Kesehatan Indonesia di bidang pengembangan sumber daya manusia, pembangunan kelembagaan, dan penelitian serta pengawasan penyakit-penyakit menular.

Misi Namru-2 mengadakan penelitian, percobaan-percobaan dan evaluasi atas penyakit-penyakit menular demi memajukan kesehatan, keamanan dan kesiapan Pasukan Bersenjata AS agar dapat bekerja secara efektif di masa damai dan dalam menjalankan misi-misi darurat di seluruh Asia Tenggara.

Pada saat ini, NAMRU-2 terlibat dalam berbagai proyek penelitian medis diseluruh Indonesia dan Asia Tenggara tentang penyakit malaria, kolera, tipus, demam berdarah, HIV/AIDS, tuberkulosa/TBC. NAMRU-2 bekerja secara dekat dengan pemerintah Indonesia dan pemerintah-pemerintah negara lain di wilayah ini.antara/mim


Jumat, 25 April 2008 15:48:00
Namru-2 Tawarkan Kerjasama kepada TNI

Jakarta- RoL-- Direktur (Commanding Officer) Lembaga Riset Medis Angkatan Laut Amerika Serikat (Naval Medical Research Unit No.2/NAMRU-2) di Jakarta Kapten Trevor R. Jones mengatakan pihaknya membuka penawaran kerjasama penelitian medis kepada Tentara Nasional Indonesia (TNI).

"Kami sangat ingin bekerjasama dengan TNI...Kami pernah menawarkan, sekarang pun penawaran masih terbuka bagi ilmuwan medis atau dokter TNI untuk datang dan bekerja di sini setiap hari," katanya kepada pers di gedung NAMRU-2 Jakarta, Jumat.

Jones yang pada kesempatan itu didampingi Wakil Duta Besar AS di Indonesia John A Heffern dan 12 peneliti NAMRU-2 yang semuanya warga negara Indonesia, juga mengharapkan tawaran itu diterima oleh TNI. "Kami berharap TNI menerima tawaran itu. Kami ingin bekerjasama dan melakukan studi bersama dengan mereka," katanya.

Lebih lanjut ia menjelaskan, meski memberikan tawaran kerjasama bagi peneliti medis TNI namun kerjasama utama NAMRU-2 di Indonesia tetap berinduk pada Departemen Kesehatan seperti yang disepakati dalam pembahasan nota kerjasama yang baru antara pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat terkait kegiatan NAMRU-2. "Karena sekarang semua pihak sudah setuju bahwa kerjasama ini berinduk ke Depkes," katanya.

Di lain pihak, sebelumnya (23/4), Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono mengemukakan perwira TNI Angkatan Laut (AL) seharusnya juga dilibatkan dalam setiap kegiatan laboratorium riset NAMRU-2 sebagai pengawas. NAMRU-2 adalah laboratorium penelitian biomedis Angkatan Laut Amerika Serikat yang dibangun dan mulai beroperasi di Indonesia tahun 1970.

Kegiatan penelitian NAMRU-2, yang menurut Jones selalu dikonsultasikan ke Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan, difokuskan pada penyakit menular yang secara alamiah ada di daerah beriklim tropis seperti malaria, penyakit akibat virus seperti demam berdarah, infeksi usus yang mengakibatkan diare dan flu burung.

Jones juga membantah sinyalemen yang menyebutkan bahwa kegiatan riset NAMRU-2 juga meliputi riset tentang pembuatan senjata biologis. "Kami tidak melakukan penelitian tentang senjata biologis dan kami riset lain yang berhubungan dengan senjata biologis," demikian Jones. antara/mim

Kamis, 24 April 2008
Namru-2

Sebuah laboratorium di bawah kendali militer asing berada di tengah ibu kota Indonesia. Itulah Naval Medical Research Unit 2 (Namru-2/Unit 2 Penelitian Medis Angkatan Laut). Laboratorium ini berdiri sejak 1970, yang merupakan bagian dari perjanjian kerja sama yang ditandatangani menteri kesehatan Indonesia saat itu, GA Siwabessy, dengan duta besar AS saat itu, Francis Galbraith.

Namru-2 bertugas meneliti, mendeteksi, dan mengevaluasi berbagai penyakit infeksi dan penyakit menular di wilayah tropis. Ia mencakup kajian virologi, mikrobiologi, epidemiologi, imunologi, parasitologi, dan entomologi. Misalnya soal demam berdarah, malaria, tifus, kolera, tuberkulosa, HIV/AIDS, bahkan flu burung. Kerja sama ini diharapkan menguntungkan kedua belah pihak. Bagi negara berkembang seperti Indonesia kerja sama ini diperlukan karena keterbatasan kita di bidang teknologi, tenaga ahli, dana, dan bahkan pengetahuan. Walau bagaimana pun penyakit-penyakit menular jika tak segera ditangani menimbulkan efek histeria karena bersifat epidemik, apalagi jika mematikan.

Namun dalam perkembangannya, kerja sama itu dikeluhkan pihak Indonesia. Amerika Serikat lebih banyak menarik untung dibandingkan kita sendiri. Walau riset ini menelan biaya tinggi, namun untungnya pun besar pula. Misalnya untuk melahirkan obat penangkal (vaksin) maupun obat penyembuhnya. Hak paten obat-obatan itu menjadi milik Amerika Serikat, demikian pula produksinya. Indonesia juga mengeluhkan ketertutupan Amerika Serikat. Akibatnya Indonesia tak banyak memperoleh manfaat transfer teknologi maupun pengetahuan. Memang berbagai penyakit epidemik dan menular yang ada di Indonesia menjadi bisa diobati, namun kita hanya menjadi konsumen belaka.

Pengetahuannya diambil dari Indonesia, duitnya pun dihisap pula. Jika diumpamakan, Namru-2 ibarat pipa selang yang ditancapkan ditubuh Indonesia untuk dihisap sari-sarinya. Semacam parasit. Penyakit kasat matanya memang bisa disembuhkan akibat kehadiran Namru-2, namun dalam jangka panjang kita tak bisa sehat: miskin dan terbelakang.

Tentu kita tak ingin terjebak pada mentalitas orang-orang yang minta dibelaskasihani dan suka menyalahkan pihak lain. Hanya saja, perjanjian yang fair dan tak merugikan adalah prasyarat bagi tiadanya penghisapan dan penindasan. Itu adalah hak kita. Hak semua orang.

Amerika Serikat lebih baik bersikap fair dan terbuka. Karena ketertutupan hanya melahirkan kesalahpahaman dan kecurigaan belaka. Saat ini mulai berkembang wacana yang sama sekali tak menguntungkan. Misalnya ada kecurigaan bahwa Namru-2 adalah kantor mata-mata berkedok laboratorium kesehatan. Dari sana bisa lahir anak kecurigaan lainnnya yang serba berandai-andai. Apalagi setelah dihantam krisis ekonomi dan politik, Indonesia secara bertubi-tubi disapu penyakit demam berdarah, chikungunya, polio, dan TBC. Penyakit-penyakit itu memang belum bersih dari Indonesia, namun tiba-tiba membuncah. Kini, bahkan paling parah terkena flu burung dan dari jenis yang berbeda dibandingkan dengan negara-negara lain. Kecurigaan itu bukan tanpa dasar. Walau tak pernah diakui, senjata biologi adalah senjata yang diproduksi oleh negara-negara maju. Motifnya tak mesti perang secara fisik, tapi hanya untuk mengeruk keuntungan ekonomi belaka. Siapa yang mengembangkan, dialah yang memiliki obatnya.

Mengembangkan sikap curiga tentu bukanlah sikap yang beradab dan bijak. Lebih baik kita mendukung sikap pemerintah yang ingin memperbarui perjanjian. Kita ingin kerja sama yang fair dan saling menguntungkan. Tak boleh ada lagi ketertutupan dan perlakuan istimewa. Karena di balik ini ada uang yang berlimpah. Jika Indonesia tak cermat, dana kita bisa dihisap pipa Namru-2. Selain itu, kita mendorong pemerintah agar melakukan penyelidikan menyeluruh terhadap Namru-2. Dengan demikian tak perlu lagi ada kecurigaan, agar tak ada lagi dusta di antara kita.

Sabtu, 26 April 2008
Terasing di Lab AS

Satu kompleks dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) Departemen Kesehatan, tak berarti Lembaga Riset Medis Angkatan Laut AS (Naval Medical Research Unit 2/Namru-2) mempunyai standar keamanan yang sama.

Penjagaan di fasilitas laboratorium yang berada di bawah naungan Angkatan Laut AS itu terbilang mencolok bila dibandingkan pengawasan keamanan di lingkungan Badan Litbangkes. Setidaknya, itu terlihat dari penjagaan di sekitar lingkungan laboratorium yang terkesan superketat ketimbang di Badan Litbangkes.

Di dua lapis gerbang pertama, terlihat sekitar sepuluh penjaga satuan pengamanan berseragam biru, seperti seragam penjaga di Kedubes AS. Warna itu berbeda dengan seragam penjaga di kompleks Badan Litbangkes.

Yang sama dari penjaga gedung berbeda itu hanyalah tampangnya. Mereka mempunyai wajah pribumi. Salah seorang petugas keamanan di pintu gerbang tersebut mengaku personel penjaga Namru-2 lebih banyak ketimbang jumlah penjaga di kompleks Badan Litbangkes. ''Kami di sini berjaga selama 24 jam penuh,'' ungkap penjaga tersebut

Anehnya, sebagai penjaga di lembaga riset medis tersebut, dia mengaku tak pernah melongok isi laboratorium yang mengkhususkan penelitian pada penyakit-penyakit di daerah tropis. Apalagi jika diminta menjelaskan apa isi laboratorium itu, dia pasti tak dapat menjawab. ''Selama saya kerja, belum pernah saya masuk ke dalam. Jadi, saya juga tidak tahu apa isi gedung itu.

Beruntung sejumlah wartawan media cetak dan media elektronik, Jumat (25/4), diberi kesempatan melihat-lihat isi laboratorium yang berada di Jl Percetakan Negara 29, Jakarta Pusat, tersebut. Sebab, bisa dipastikan, para kuli tinta tak akan mudah memasuki area Namru-2 jika bukan saat press tour seperti kemarin.

Sebagaimana dikatakan petugas penjaga tadi, seseorang yang hendak berkunjung ke area Namru-2 harus membuat janji lebih dahulu. Tak hanya itu, para pengunjung juga harus mendapat izin khusus dari Kedutaan Besar AS.

Saat wartawan berkunjung ke sana, meski sudah mendapat undangan, kesan penjagaan tak biasa tetap terasa. Sebelum memasuki laboratorium yang tertutup pintu besi dan tak terlihat dari luar itu, wartawan diharuskan menyerahkan kartu identitas untuk ditukar dengan kartu tamu. Standar ini sudah biasa diterapkan di sejumlah gedung pemerintah.

Namun, yang tak lumrah adalah ketika wartawan akan masuk ke area laboratorium di lantai dua. Sebelum memasuki tempat itu, setiap muka wartawan direkam dengan menggunakan handycam. Sesi 'pemotretan' ini dilakukan oleh penjaga keamanan dalam gedung. Sebegitu ketatkah laboratorium ini?

Saat jumpa pers, Direktur Namru-2, Kapten Trevor R Jones, mengatakan kunjungan wartawan itu menunjukkan bahwa Namru-2 bersikap terbuka dan memperlihatkan keterbukaan. ''Tak ada yang ditutup-tutupi. Ini murni lembaga penelitian,'' kata Jones yang didampingi Wakil Dubes AS, John Heffern.

Apalagi, dalam kesempatan itu, wartawan diberi kebebasan untuk berkeliling melihat seluruh fasilitas laboratorium tanpa terkecuali. Namun sayang, karena hari Jumat, sejumlah wartawan harus bergegas shalat. Waktu press tour yang dimulai pukul 10.30 WIB pun terpaksa berakhir pukul 12.40.

Jones menegaskan riset yang dilakukan lembaganya selama ini atas izin Depkes RI. ''Setiap meneliti, kami selalu meminta izin Badan Litbangkes Depkes. Hasil penelitian juga kita laporkan ke Litbangkes,'' tambahnya.

Dalam kesempatan tersebut, Jones didampingi sepuluh staf karyawan dari Indonesia. Kendati diperbolehkan memberi keterangan, karyawan berkewarganegaraan Indonesia tadi tak diizinkan menyebutkan namanya.

Wajah-wajah mereka terlihat tegang, bahkan terkesan pucat. Para karyawan Namru-2 itu secara bergantian menjelaskan kegiatan penelitian di Namru-2, seperti meneliti penyakit pes, malaria, dan tipus.

Berkali-kali mereka menyatakan pentingnya laboratorium itu untuk tetap berada di Indonesia. Akan tetapi, ketika ditanya apa manfaat keberadaan Namru-2 agar secara langsung bisa dirasakan rakyat Indonesia, mereka tergagap dan memilih menyerahkan jawabannya kepada Jones.

Berawal pada 1853 ketika Kongres AS membangun fasilitas penelitian medis Angkatan Laut di Brooklyn, New York, Namru-2 menjadi salah satu bagian dari lima laboratorium penelitian penyakit tropis AS yang berada di luar negeri. Laboratorium lainnya itu berada di Thailand, Mesir, Kenya, dan Peru.

Dalam keterangan pers Kedubes AS, disebutkan bahwa Pemerintah AS tidak mengambil keuntungan dari kegiatan Namru-2. Bahkan, banyak penelitian yang menitikberatkan pada bidang yang dianggap tidak 'menguntungkan' lembaga penelitian medis swasta. Namru-2 adalah laboratorium penelitian biomedis yang meneliti penyakit menular demi kepentingan bersama antara AS, Depkes RI, dan komunitas kesehatan umum internasional.

Namru-2 didirikan pada 1970 sesuai permintaan Depkes RI. Kegiatan penelitian bersama ini menitikberatkan pada malaria, penyakit akibat virus seperti demam berdarah, infeksi usus yang mengakibatkan diare, dan penyakit menular lainnya, termasuk flu burung.

Penelitian Namru-2 hanya berhubungan dengan penyakit-penyakit tropis yang terjadi secara alamiah. Staf Namru-2 seluruhnya terdiri atas ilmuwan, dokter, dokter hewan, ahli teknologi, dan pegawai administratif dari Indonesia. Dari sekitar 175 personel, hanya 19 orang staf yang berasal dari AS. Para staf Indonesia disebut sebagai pihak yang membuat Namru-2 sukses.

Namun, benarkah demikian? Karena, jika dilihat dari pendidikan akademik staf Namru-2 asal Indonesia, menurut sumber Republika di Depkes, sekitar 150 karyawan Namru-2 itu ternyata pendidikannya maksimal D-3. ''Kerjanya hanya disuruh-suruh oleh 20 ahli dari AS,'' kata sumber itu.

Dari dua juta kasus malaria klinis di Indonesia pada 2006, jumlah kasus itu hanya turun menjadi 1,75 juta kasus. Padahal, sesuai misi utamanya, Namru-2 meneliti penyakit-penyakit tropis, seperti malaria. Jika demikian, masihkah layak operasi Namru-2 dilanjutkan? endro yuwanto "

Please Read Between the Lines Mr. President!

Respect
Uncle Bob



Tuesday, April 15, 2008

 

The Paradoxal Indonesia


Sumber: Sejumlah warga antri untuk mendapatkan gas di salah satu agen gas di Bandung, Jawa Barat, Senin (14/4). Antrian yang telah berlangsung selama lima hari tersebut terjadi akibat kenaikan harga dan tidak lancarnya pasokan gas dari Stasiun Pengisian Bahan Bakar Elpiji (SPBBE). Pada antrian itu setiap warga mendapat jatah dua tabung gas dengan harga Rp.56.000 per-tabung. (ANTARA/Rezza Estily)


Some citizens were waiting on the line to get gas on the station one of the Bandung gas agency, West Java, Monday (14/4/08). The line has been going on for five days due to the rises of gas prices and distributions problems from the SPBBE/ Stations of Gas Refilling. Every citizen has to gas tanks for a price of $ 5,6 each. (ANTARA/Rezza Estily)

Paradox Situation isn't it?

Tuesday, April 08, 2008

 

Maya's World vs. Reality!

Indonesia badly need the sensible priorities on what need to be responsive and reactive towards issues that came up lately! The immediate actions and attitudes seems so naive!
As Indonesian citizen, greatly feel sorry or pity for the SBY and JK presidential decisions/ reactions! In this case, about regulating the 'maya world' instead of 'reality' so called starvations on some regions in Indonesia. In my observations, immediate reactions from President SBY toward 'Fitna' is over my head! Why don't we have immediate reactions when we saw many Indonesian citizens/ people were being hungry / malnutritions. This is a paradoxical situations! While we can live without Internet or you tube! 'Fitna' is not that important compare to the poor, needy, malnutritions, people that affected by natural disasters etc. We don't have to play the 'game' the colonials are playing! It's obviously a trap! And the demonstrations all over the the country have proven that we were so 'trapped' in the bait they gave! It was just another 'provocation' or 'manipulation' PR mambo jumbo! Looks like 'Fitna' has a hidden agenda! It was not that important compare to the efforts of to stabilize the foods supplies and providing easy to use energy supplies in our own 'back yards'. 'Free' Healthcare, Better Educations, Public Services, Food Supplies, Energy Supplies, to maximizing the great natural resources on land, water, air! To strengthen our on 'inner' countries!
When the government of Indonesia were trying to pass new bills, let those bills shows for the best interest of Indonesian 'poor' people! The majority not the minority in power ! We need to reflect back to our own UUD 1945 and Pancasila!
Government must control the resources that affecting the life of majority of citizens of Indonesia for the benefits of all people! Instead of trying to make life even more 'difficult'! Keep it Simple and Sensible! (UUD '45?)
Ask your self? Is it 'Justice' for all people! Is it ' Humane' policies? Is it will make Indonesia more Unite? Is it the voice or the demands from the people of Indonesia? Is it make us closer/ worship to God? ( Pancasila, Right?) Seem we have lost the sense of humanity, the sense of fear of God, the sense of unity of Indonesia, the sense of the people wisdom, the sense of justice/ fairness that prioritizing the interest of people of Indonesia first above ' personal' or 'aliens' agenda!
Seems that more we declares war on corruptions, collusions and nepotism that defeat even greater on our own 'back yards'! All those issues were happening on the US and European countries! The thing is that we need to prioritizing the 'people', the citizens, the forgotten, the poors, the homeless, the orphans, the 'ignorance' to be enlighten through educations, the threat of 'bird's flu', the immediate response to the 'Lapindo Muds'/ be creative please!, the illegal logging, the illegal fishing by foreign countries! We should put greater 'infestations' on what really matter! The people of Indonesia so called in Bahasa; RAKYAT! You are the representative of 'rakyat' so act like one! How about the infestation on fishery, mining oil/ gas/ gold, copper etc, also investation on farming! We need to utilizing all the resources that we have to create a better life for our self and other!
Once more Indonesian and Indonesia is NOT FOR SALE! It's sad to see that so many things are for sale! $ v $. Too many 'green eyes' ! Remember the 'Sumpah' you take before you work as a 'public servant'! Your owe th you took will come back to get you!
This is a 'wake up call' for Indonesia! Let us see our self to the mirror of 'Love, Peace, Hope, Righteousness, Justice, Faith, Truth, etc'.
Let the 'Sun' is Shinning on 'Us sinners'! Just like R.A. Kartini saying ' Habis Gelap Terbitlah Terang!'
Let us be grateful for the abundance and 'heavenly' soil of Indonesia! We need to take control of our own 'domain'/ land/ NKRI! Be bold and be strong! For this is 100 years of National Revivals/ Kebangkitan National!
Wake up wake up the young people of Indonesia! You can do it!

The Elections of 2009 is just around the corner! I'm optimistic that Indonesia will 'come to realization' of "SELF" as a nation! And back on track!

This is just my perspectives! Look forward to see the 'RAINBOW' over the sky after a 'brutal' storm.

God Bless and Has Mercy on INDONESIA!

Truly Yours citizens,
Uncle Bob

Tuesday, April 01, 2008

 

In The Abundance of Water: The Fool Is Thristy!

Indonesia as an eastern nation not need to be swallowed by the 'Western' propaganda or Public Relations manipulations mambo jumbo!
Recently, the creations of 'Fitna' by the European people became successfully as a mean of distraction of our main focus. It is fitna to the Muslim! Just another strategy to provoke Muslim around the world! Remember, we are facing even greater concern: World Food Crisis! We don't have to take those movie as it is everything! Seems the 'Fitna' is a fitna to the Muslims!
We have greater issue to dealt with! What ever it is they are trying to pursue, please take it as a barking dog as the mussafir go on with his life! In bahasa, "Anjing menggonggong kafilah berlalu!"
Wake up brothers and sisters of Indonesia, it was just a trick of Euro manipulations to 'control our mind' to do what they want us to do! Don't waste our energies to senseless matter! They were trying to separate our unity so called 'Adu Domba'! Just like the old days, the 'Collonials'! They are good at it!
Wake up Indonesia to see the world with the eyes of an Eagle, Garuda Pancasila! Let us mind our own business! We don't need more troubles from the West, 'the aliens' nations! As we are confident the victory! The victory of good over evil!
Our foundations of belief don't affected by 'Fitna' movie! It was just another stumbling block that we need to put in to perspectives! Don't forget you history and know your 'destiny'!
We are facing a serious obstacles near future! Global catastrophes such as food scarcity, economic collapses, shortage of water, earthquakes, volcanic eruptions, tsunamis, floods, deforestations, or maybe nuclear and biological wars! So where are the axis of 'evil' ? You yourself named it! This so called 'mass hypnosis' must be well detected! Don't be paralyzed by those Western Public Relations using media as hypnosis! Wake up from the 'trans' my people!
God Bless Indonesia!
God Have Mercy on us...

Humbly yours,
Uncle Bob

This page is powered by Blogger. Isn't yours?